views

Beritana, Bangkalan - Receb Tayyip Erdogan membeberkan keinginannya untuk memperbaiki hubungan diplomatik antara Turki dan Israel, pernyataan tersebut bertolak belakang dengan aksinya yang selalu menentang agresi Israel di wilayah Palestina.
Dilansir dari salah satu media Erdogan mengatakan bahwa dirinya mengalami beberapa kesulitan berhubungan dengan para pejabat negeri Yahudi tersebut.
"Kami menghadapi masalah dengan orang orang di tingkat cm pejabat tinggi Israel. Jika tidak level atas, hubungan kami bisa sangat berbeda" ucap Erdogan Kepada wartawan Middle east Eye pada (25/12/2020) selepas sholat Jum'at.
Erdogan menambahkan bahwa keinginannya menjalin hubungan yang lebih baik "Kami ingin membawa hubungan ini ke titik yang lebih baik lagi" imbuhnya.
Erdogan merupakan salah satu figur pemimpin muslim yang kuat, menegaskan bahwa pihaknya belum bisa menerima kebijakan ekspansi negara Yahudi itu kepada Palestina.
"Kebijakan negara Palestina adalah garis merah kami, tidak mungkin kami menerima kebijakan Israel atas Palestina. Tindakan tanpa henti mereka di wilayah Palestina tidak bisa kami Terima" kata presiden Turki tersebut.
Israel dan Turki sudah sejak 6 Tahun yang lalu mengakhiri hubungan diplomatiknya sejak tahun 2016, setelah sebelumnya beberapa negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Maroko, Bahrain serta Sudan menormalisasi hubungan dengan isreal hal itu timbul dan membuat Erdogan ingin mengikuti jejak mereka dengan tidak melupakan Palestina.
Perselisihan antar kedua negara tersebut dimulai sejak terbunuhnya aktivitas Turki yang tewas dalam konfrontasi kekerasan pasukan komando angkatan laut Israel di atas kapal Mavi Marmara yang bertujuan mematahkan blokade yang dilakukan oleh angkatan laut Israel saat hendak mengirim bantuan kejalur Gaza pada 2010 yang lalu.
Israel mangaku bahwa tentaranya terlebih dahulu diserang dengan kejam oleh para penumpang dalam kapal itu.
2 tahun yang lalu tepatnya pada 2018 ketegangan antara kedua negara kembali terjadi setelah warga Turki memprotes kebijakan Amerika serikat yang mengakui yarussalem sebagai ibukota isreal.
Kemudian protes tersebut dibalas oleh Isreal dengan beberapa serangan yang menewaskan 60 orang, Erdogan dengan tegas menyalahkan Israel dan menyebutnya "negara teroris" yang telah melakukan "genosida".
Al Monitor mengutip dari salah satu sumber yang terpercaya, yang mana sumber tersebut mengatakan bahwa Ankara akan mengutus Ufuk Ulutus untuk memimpin upaya rekonsiliasi hubungan dengan negara Yahudi tersebut.
Ulutus yang saat ini mangelepai pusat penelitian luar negeri Turki, dan bukan seorang diplomatik karier. Beliau merupakan lulusan bahasa Ibrani serta politik timur tengah di universitas Ibrani yarussalem yang sebelumnya memimpin sebuah wadah pemikir pro pemerintah.
Facebook Conversations